Mapanlah SEBELUM Menikah

 

Kemarin tanpa sengaja saya menemukan sebuah caption “lucu” yang membuat hati saya tergelitik, begini bunyinya. 
Bagi saya, kalimat di atas sungguh kejam dan tak berperasaan. Dada saya mendadak panas saat membaca kalimat ” ... agar anak anda dibesarkan dengan kesulitan anda”. Apakah membesarkan anak dalam kesulitan sebuah prestasi yang membanggakan?

Mirisnya, postingan dengan judul yang mirip-mirip sangat banyak tersebar di internet, seperti ini.

Saya mengerti, tujuan postingan sejenis agar para single menyegerakan pernikahan.

Yang menjadi sorotan saya adalah mengapa menafikan kemapanan? Banyak sekali petuah-petuah yang mengatakan bahwa menikah tak perlu menunggu mapan dahulu. Harta bisa dicari bersama. Berjuanglah dari nol. Mereka lupa, ada anak yang akan menjadi korban keegoisan petuah tersebut. Bahwa mapan dalam menikah itu penting.
Agar satu pengertian, mari kita lihat arti dari mapan itu sendiri.

Menurut KBBI, mapan adalah  ma·pan a mantap (baik, tidak goyah, stabil) kedudukannya (kehidupannya): dia yang dulu lontang-lantung, kini hidupnya telah --;

Jadi, mapan bukan berarti saat anda memiliki banyak harta. Rumah megah, mobil mewah atau memiliki aset miliaran rupiah. Arti mapan adalah saat sudah cukup dalam hal finansial sehingga istri dan keturunan tidak hidup dalam kemiskinan. Bukankah kemiskinan itu dekat dengan kekufuran?

Mengapa harus mewariskan kemiskinan pada anak kita? Apakah dengan hidup susah barang tentu mereka tahu arti sebuah perjuangan? Apakah anak-anak yang terlahir dari orang tua mapan/kaya tak tahu arti sebuah perjuangan? Apakah mereka hanya anak-anak manja yang tahunya merengek saja?

Hidup memang berjuang, tapi jangan jadikan anak anda berjuang di lampu merah demi membayar uang sekolah. Jangan biarkan anak anda berjuang mengorek tempat sampah demi sesuap nasi. Jangan sampai anak anda berharap tak dilahirkan dari rahim anda.

Pernahkah kalian melihat seorang anak di pinggir jalan yang menatap sendu pada gerombolan anak seusianya yang menggendong tas sekolah sedangkan ia mendorong gerobak sampah?

Pernahkah kalian melihat anak yang hanya bisa menelan air liurnya saat melihat temannya membeli es krim? 

Bukan mengkhianati Tuhan. Saya percaya setiap makhluk hidup di muka bumi ini memiliki rezeki yang disiapkan Tuhan. Pintu rezeki pun akan semakin terbuka saat anda menikah. Tapi, jangan lupa pintu rezeki itu tak akan terbuka jika anda tak mengetuknya. 

Lalu, bagaimana jika ia benar-benar tak memiliki harta? Maka, berkerja keraslah 10 kali lipat agar keturunan anda tak hidup menderita. 

Kita pasti sepakat jika hidup susah itu sangat menyedihkan. Mau memasak beras habis, lauk pun sisa kemarin, belum lagi susu/ jajan/ uang sekolah anak, di saat yang sama token listrik berdering. Tentu anda tak ingin jika buah hati yang disayang merasakan kesulitan yang pernah anda alami. 

"Cukup aku yang mengalami, anakku jangan."

Maka, mapankanlah diri sebelum menikah. Agar engkau tenang dalam beribadah.


Bagaimana menurut pendapat kamu tentang menikah sebelum mapan? Yuk sharing di kolom komentar.

Posting Komentar

15 Komentar

  1. Yes, mapan dulu, dong, Kak. Mungkin salah kaprah mengartikan mapan yang membuat maknanya jadi berbeda.

    BalasHapus
  2. Finally ada yang menyuarakan inii. Saya setuju sih kak, beberapa akun hanya memperlihatkan sisi "indah" dari sebuah pernikahan sebelum mapan, tapi sangat sedikit yang mau membuka sisi "nyata" dari perjuangan yang bukan main-main itu sendiri, huhu, semoga semakin banyak orang yang terbuka mata hatinya supaya gak main nanya "kamu mau gak aku ajak susah?", hehe. Thanks a lot kak.

    BalasHapus
  3. gemes banget sama caption-captionnya itu.
    masa ada harapan setelah menikah membawa anak harus ikut berjuang juga?


    harus mapan dulu agar anak istri tidak kesulitan kebutuhannya. benar mapan itu tidak harus mewah.

    BalasHapus
  4. Yup. Klo orang tua ngajarin mah, kalo bisa jangan ikut susah ky ortu dulu. Harus bisa sukses dan bisa menularkan pada anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya cukup orangtua aja yang susah, anaknya jangan

      Hapus
  5. Baru tau ada tulisan-tulisan seperti itu beredar di dunia maya..
    Saya lbh setuju sih sama kakak..
    kalau blm mapan dan mau menikah, sempat punya anak, mau dikasih makan apa?
    emang anaknya g perlu disekolahkan??
    tulisan-tulisan seperti itu hanya bikin orang" bertindak tanpa berpikir panjang aja sih..

    BalasHapus
  6. mirisnya, selalu bawa-bawa agama

    BalasHapus
  7. Hem, semoga Allah memapankan kita dengan penuh syukur. Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin

    BalasHapus
  8. Hem, semoga Allah memapankan kita dengan penuh syukur. Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin

    BalasHapus
  9. Dengan tulisan ini menambah sudut pandang saya dalam kehidupan rumah tangga. Terimakasih

    BalasHapus
  10. Tidak menafikan pentingnya materi, tetapi saya memang penganut nikah enggak harus nunggu mapan. Saya percaya pernikahan membuka pintu-pintu rezeki. Toh, tidak ada orang belum mapan yang memutuskan menikah lantas bercita-cita menyengsarakan pasangan dan anaknya. Tapi, saya hargai kok sudut pandang ini. 🙂🙂

    BalasHapus
  11. Semangat menjemput rejeki, kan Allah cukup kan di suatu hari nanti

    BalasHapus