ADAPTASI KEBIASAAN BARU BIDANG LITERASI


Anjuran jaga jarak masa-masa COVID-19 memiliki pengaruh nyata pada aktivitas masyarakat. Berbagai aktivitas luar ruangan yang melibatkan banyak orang diminimalisir untuk menurunkan risiko terlular covid-19. Sehingga berkerja ataupun proses belajar dan mengajar dilakukan dari rumah secara online.

Masa pandemi covid-19 dengan berlakunya sistem wfh atau work from home secara langsung membuat kita memiliki kebiasaan baru di rumah. Entah itu mencoba resep yang dulu tak sempat dieksekusi, membuat kerajinan tangan, menuntaskan buku yang tak sempat dibaca atau sekadar melanjutkan puisi yang tertunda.

Di bidang literasi sendiri, kejelian memilah dan memilih sebuah informasi yang beredar di masa pandemi ini perlu ditingkatkan. Pasalnya, akibat lock down, social media menjadi salah satu sumber utama berbagi kabar terkini. Bagai pisau bermata dua, sosial media memiliki segudang manfaat jika digunakan dengan bijak. Namun, juga menjadi sarang penyebaran hoax atau kabar bohong.

Dengan demikian, literasi baca yang rendah berdampak buruk dan merugikan. Masyarakat akan cenderung mempercayai berita tanpa mengetahui fakta sebenarnya. Hingga perpecahan tidak terhindarkan. Sebab itu, hendaklah bijak bersosial media.

Dilansir dari situs kominfo.go.id (19/01/2017), ada beberapa cara yang perlu dilakukan agar tak termakan hoax.

1. Hati-hati dengan judul provokatif

 

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Pemelintiran kata yang dipilih menimbulkan multipersepsi. Sehingga menggiring opini yang dikehendaki di penyebar hoak.

 

Oleh sebab itu, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaikya cek kebenarannya dengan mencari referensi berita dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.

 

2. Cermati alamat situs

 

Pastikan berita yang diperoleh berasal dari situs atau website resmi. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan dan wajib diwaspadai.

  

3. Periksa fakta

 

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya. Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Jangan terpaku pada satu sumber sehingga pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

  

4. Cek keaslian foto

 

Editing di era teknologi digital saat ini tak diragukan lagi. Foto dan video dapat dimanipulasi dengan keahlian mengedit. Manfaatkan mesin pencari Google untuk mengecek keaslian foto yakni dengan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

 

5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax

 

Dalam grup-grup diskusi anti-hoax, netizen bisa bertanya apakah informasi itu hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.



 Tetap semangat. Tetap jaga jarak. Tetap jaga jari. 


 

 

 

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar