LAPORAN
STUDI LAPANGAN RHODOPHYTA di PANTAI KONDANG MERAK
Yang
Dibimbing Oleh:
Drs.
Sulisetjono, M.Si
Ainun
Ni’mati Laily, M.Si
Disusun
Oleh:
Nurul
Hidayah (12620056)
Voni
Agustin I (12620058)
Juliana
Afni Sitorus (12620063)
Asmaul
Khusnia (12620064)
Ahmad
Taufiqurrahman (12620077)
Tri
Angga Deni Istianto (12620078)
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengutip salah satu ayat al-Qur’an surat
al-An’aam ayat 97 yang berbunyi:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُواْ
بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ {الأنعام/97}
Artinya, “dan Dialah yang menjadikan
bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di
darat dan di laut.Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran
(Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah telah
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya lewat
ciptaan-Nya.Sehingga kita dapat memuji-Nya dengan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya
baik di darat maupun di lautan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut
Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat
indah dengan biotanya yang beraneka ragam.Salah satunya yaitu alga.Alga (jamak
Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata.Algae adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak
berpembuluh dan termasuk dalam kelompok atau dikenal dengan tumbuhan
bertalus.Tidak memiliki akar batang dan daun sejati tetapi hanya menyerupai
saja.Hidup menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast. Berklorofil a
untuk fotosintesis dan juga mengandung pigmen lainnya.Algae bereproduksi dengan
aseksual dan seksual.Alga ada yang hidup secara soliter dan berkoloni
(Hasnunida, 2007).
Algae banyak tersebar diseluruh laut Indonesia
dan algae yang ada di Indonesia banyak jenisnya.Sehingga emanfaatan alga untuk
menunjang kehidupan manusia telah banyak dilakukan.Beberapa jenis algae
bernilai ekonomis.Algae dapat dibidudayakan di laut dan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan agar-agar, kosmetik, obat-obatan dan masih banyak lagi
(Aslan, 1991).
Oleh karena itu, disamping kita mengetahui
jenis-jenis makroalga secara tekstual di bangku kuliah, maka dengan
dilakukannya studi lapangan ini diharapkan kita juga mengetahui secara
kontekstual. Adapun studi lapangan ini dilakukan di pantai Kondang Merak
dikarenakan vegetasi makroalga di sana masih bagus. Meskipun tingkat kelimpahannya
masih belum tergolong tinggi, tetapi macam-macamnya sudah dapat memenuhi untuk
dijadikan bahan studi lapangan mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah
mengenai makroalga.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari studi lapangan in adalah sebagi
berikut :
1.
Untuk mengetahui
keanekaragaman makroalga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang
Merak.
2.
Untuk mengetahui klasifikasi dari jenis – jenis
makroalga yang berhabitant di zona pasang surut pantai Kondang Merak.
1.3.
Manfaat
Hasil dari studi lapangan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Menambah informasi dan ilmu pengetahuan tentang
botani (algae ) laut.
2.
Sebagi bahan studi lanjut untuk objek praktikum
mata kuiah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah.mengenai makroalga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dilihat
dari bentuk tumbuhnya, Rumput laut ( seaweed ) atau alga tidak memperlihatkan
adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini
mempunyai morfologi yang mirip walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk
tersebut sebenarnya hanya thalus belaka. Bentuk thalus rumput laut ada
bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti
kantong dan rambut dan sebagainya. Thali ini ada yang tersusun uniseluler (
satu sel ) atau multi seluler (banyak sel). Percabangan thalus ada yang
dichotomous (bercabang dua terus menerus), Pectinat (berderet searah pada salah
satu thalus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thalus utama
secara berselang-seling), ferticillat (cabangnya berpusat melingkari aksis /
sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang.sifat substansi thali
juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras
diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan
(cartilaginous), berserabut (spongeous) dan sebagainya. Struktur anatomi thali
untuk tiap jenis alga berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara
Eucheuma spinosun dengan Eucheuma cottoni, potongan thalus yang melintang
mempunyai susunan sel yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini membantu dalam
pengenalan berbagai jenis alga baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, maupun
famili. (Soedarto, 1990).
Untuk
menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenatik diantara klas
secara khas, dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan
komposisi dinding sel. Kehadiran Fikobilin pada Cyanophyta dan Rhodophyta telah
menimbilkan dugaan bahwa ada hubungan filogeni diantara kedua divisi ini.
(Soedarto,1990).
Pada
hakikatnya alga tidak mempunyai akar,batang dan daun yang mempunyai fungsi
seperti pada tumbuhan darat. Seluruh tubuh alga hanyalah terdiri dari thallus
hanya saja beranekaragam untuk berbagai species. Substansinyapun beranekaragam
ada yang lunak,keras mengandung kapur dan berserabut. Alga yang berkapur
(calcareous) misalnya : Halimeda sp. Yang banyak ditemukan di terumbu karanng.
(Nontji,1993).
Alga
yang terdapat di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai, mulai dari
zona pasut sampai sedalam sinar surya dapat ditembus. Di perairan yang jernih
beberapa jenis alga mampu hidup sampai kedalaman lebih dari 150 meter. Biasanya
alga ini sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur aatau berpasir
karena sangat terbatas benda keras yang cukup kkoh untuk melekat. Alga banyak
ditemukan di terumbu karang,cangkang moluska,potongan kayu dan sebagainya.
Adapula yang apabila terlepas dari substrat dasar dapat hidup mengambang di
permukaan karena mempunyai gelembung-gelembung gas senagai pelampung seperti
pada Sargassum sp. (Nontji, 1993).
Selain
tidak dapat dibedakan antara akar,batang dan daun bentuk dari thalus rumput
laut ini bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat
sepertikantong, rambut, dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomus
(bercabang dua terus-menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi
thallus utama) dan ada yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thallus
juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous), keras
diliputi/mengandung zat kapur (calcareous) lunak seperti tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongious),dan sebagainya. (Aslan, 1991). Pigmen
yang terdapat dalam thallus rumput laut dapat digunakan dalam membedakan
berbagai kelas seperti Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae, dan
Cyanophyceae. Perbedaan warna thallus menimbulkan adanya ciri alga yang berbeda
seperti algae hijau, algae coklat, algae merah, dan algae biru. (Aslan, 1991).
Menurut Nontji (1993), alga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas
yakni Chlorophyceae (alga biru), Phaeophyceae (alga coklat), dan Rhodophyceae
(alga merah). Tiap kelas memounyai ciri kandungan jenis pigmen yang tertentu.
Alga yang mempunyai nilai ekonomis termasuk dalam ketiga golongan ini. (Nontji,
1993)
Sebagian
besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari
kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Berdasarkan warna yang
dimiliki masing-masing alga, tumbuhan berthalus ini dibagi menjadi beberapa
kelas, yaitu :
Alga merah
(Rhodophyceae)
Warna
alga merah ini sangat mencolok dan bercahaya. Alga ini merupakan benda-benda
makroskopik yang indah dari jenis-jenis yang kecil sekali ukurannya. Memiliki
pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin
(berwarna biru). Alga ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan
dapat menimbulkan berbagai warna pada thali seperti : merah tua, merah muda,
pirang, coklat, kuning dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri dari klorofil
biasa bersama-sama dengan xantofil, karoten, dan sebagai tambahan fikoritrin
dan fikosianin. Alga merah biasanya berukuran kecil dan bentuknya lebih
beraneka ragam serta jumlahnya lebih banyak. Semua sel ganda yang paling
sederhana adalah bentuk benang bercabang seperti Polysiphonia, yang
bersama-sama dengan jenis alga yang lain dinamakan sebagai lumut laut. Alga
merah yang memiliki ukuran yang paling panjang adalah kurang lebih 1-2 m.
(Nybakken, 1992). Alga ini memiliki persediaan makanan berupa kanji (Floridean
starch). Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan
furselaran. Contoh : Gracillaria, Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan
Porpiran. (Nybakken, 1992).
Dalam
reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksual
dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di
ujung thalus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thalus). Alat perekat
(holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.(Nybakken, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Studi lapangan
ini dilaksanakan pada hari Sabtu sampai Ahad tanggal 12-13
Oktober 2013 di Pantai Kondang Merak Kecamatan Donomulyo Kabupaten Bantur, Malang Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang dipakai dalam studi lapangan ini
adalah:
1. Alat tulis
2.
Alat dokumentasi (kamera digital dan handycam)
3.
Ice box (termos es) sebanyak 6 buah
4.
Kantong plastik
5.
Toples kaca (disesuaikan jumlah spesies yang ditemukan)
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam studi lapangan
ini adalah:
1. Es batu
2. Kertas label
3. Larutan herbarium:
Larutan
Fiksatif:
- Asam asetat
glasial 5 ml
- Formalin 10 ml
- Alkohol 80% 50 ml
Larutan tembaga
sulfat:
-
Tembaga sulfat
(CuSO4) 0,2 gr
-
Akuades 35 ml
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Acanthophora muscoides
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]() |
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Rhodophyta
Class :
Rhodophyceae
Ordo : Ceramiales
Famili :
Rhodomelaceae
Genus :
Acanthophora
Spesies: Acanthophora
muscoides (Algaebase.com)
Alga hidup umumnya di air, baik air tawar, laut
maupun air payau. Tumbuhan alga juga ditemukan di daerah bersalju, bersimbiosis
dengan organisme lain seperti lumut, paku atau fungi (membentuk lichens yang
mampu hidup di atas batu yang gersang dan kering), dan pada sumber air panas.
Alga dapat tumbuh hampir di semua tempat yang cukup basah dan cukup cahaya
untuk berfotosintesis. Salah satu habitat yang paling ekstrim adalah alga yang
dapat hidup pada jaringan tubuh hewan seperti pada beberapa jenis mentimun
laut, binatang-binatang karang yang mengadakan simbiosis yang saling
menguntungkan. Beberapa jenis alga memiliki “holdfast” sehingga dapat
melekat pada substrat, tetapi ada juga melayang bebas dalam air bersama makhluk
lain membentuk plankton. Alga sangat penting sebagai produsen yang menyediakan
makanan bagi sebagian besar hewan air (Loveless, 1989 dalam Dewi 2006).
Thallus silindris, berduri tumpul seperti bulatan
lonjong merapat yang terdapat di hampir seluruh permukaan thalli. Percabangan
tidak teratur, gembal merimbun di bagian atas rumpun, warna coklat tua. Tinggi
rumpun dapat dapat mencapai sekitar 15 cm. Tumbuh melekat pada batu di daerah
rataan terumbu, biasanya di tempat yang selalu tergenang air dan sering terkena
ombak langsung. Sebarannya tidak seluas A. spicifera, agak terbatas pada tempat
tertentu saja, misal di Kepulauan Seribu (Anonim, 2002).
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, Acanthophora muscoides memiliki talus
yang silindris, berwarna coklat (karena tercampur dengan bahan pengawet dan
alga lain), serta mempunyai duri-duri tumpul pada talusnya. Percabangannya
semakin ke ujung talus semakin memendek membentuk seperti bentukan piramid atau
pohon cemara. Teksturnya agak keras.
4.2 Eucheuma cottonii
Gambap pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]() |
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kingdom : Plantae
Divisio
: Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Solieracea
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii (Algaebase.com)
Hasil
pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa panjang talus dari
spesies ini 6,5 cm sedang lebarnya 4,5 cm, berwarna merah kecoklatan , bentuk
talusnya silindris dengan percaba- ngan dikotom dan teksturnya lunak. Dari
identifikasi ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa spesies alga ini
merupakan dari divisi Rhodophyta dengan nama spesies Eucheuma cottonii.
Menurut
Campbell,2003), ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus
silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap,
kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna
sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu
proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan
berbagai kualitas pencahayaan. Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk
sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak
jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah
dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal).
Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang
pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus
mengarah ke arah datangnya sinar matahari.
Eucheuma
cottonii ini
mempunyai bagian talus yang berbentuk seperti akar, disebut sebagai holdfast.
Antara blade dan stipenya belum dapat dibedakan. Alga ini merupakan jenis dari
Divisi Rhodophyta dengan kelas Rhodophyceae. Mempunyai pigmen terdiri dari
klorofil a dan d, karotenoid dan fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin).
Keistimewaan dan sifat lain Rhodophyceaea adalah tidak ada sel yang dilengkapi
alat gerak (Sulisetjono,2009).
Umumnya
Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef).
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap,
variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati .
Menurut
Handayani (2006) menyatakan bahwa Indonesia kaya dengan berbagi berbagai
makroalaga, antara lain adalah jenis Gracilaria sp., Gelidium sp.
, Eucheuma sp. ( Rhodophyta ), Sargassum sp., Turbinaria
sp., Padina sp. (Phaeophyta), dan Ulva sp. (Chlorophyta)
merupakan jenis-jenis yang banyak ditemukan dan cukup melimpah. Meskipun
demikian, jenis alga yang dimanfaatkan hingga saat in masih sangat terbatas,
demikian juga dengan lingkup pemanfaatannya. Tidak semua rumput laut dibutuhkan
dalam skala industry. Sementara itu jenis-jens rumput laut yang tidak
dimanfaaatkan dalam skala industri sebenarnya mempunyai manfaat yang tidak
kalah penting. Pemanfaatan rumput laut tersebut antara lain adalah sebaga
sumber makanan yang dapat langsung dikonsumsi, misalnya sebagai sayuran atau
lalapan.
Menurut
Soenardjo (2011) Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis algae
merah menghasilkan karagenan yang banyak dimanfaatkan dalam bidang industri
kimia. Di Indonesia budidaya rumput laut umumnya menggunakan genus Eucheuma
dan biasanya metode budidaya yang digunakan adalah metode dasar dan lepas dasar
atau metode terapung.
Beberapa
jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan
internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan dalam setiap
spesies Eucheuma berkisar antara 54 – 73 % tergantung pada jenis dan
lokasi tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah
(Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai
negara sebagai tanaman budidaya. Lokasi budidaya rumput laut jenis ini di
Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan Perairan Pelabuhan Ratu
(Bellinger,2010).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada saat Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pantai Selatan Kondang
Merak, dapat disimpulkan bahwa:
Rhodophyta
memiliki warna dominan merah karena terdapat pigmen yang dominan yaitu
fikoritin, dan fikosianin ditambah pigmen lain seperti klorofil a dan klorofil d, β karoten,
fikobiloprotein, floridendan fikosianin.
Kami menemukan
2 jenis alga merah yaitu Eucheuma
cottonii dan Canthophora muscoides.
a. Eucheuma
cottonii
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Solieracea
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii
b.
Acanthophora muscoides
Klasifikasi
Kingdom:
Plantae
Divisi: Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Ceramiales
Family : Rhodomelaceae
Genus : Acanthophora
Spesies: Acanthophora muscoides
0 Komentar