Kisah Cinta Es Krim dan Saus

Pernah ngerasain patah hati?

Dalam hubungan asmara, jatuh cinta dan patah hati selalu berdampingan. Jika siap jatuh cinta maka kamu harus juga siap untuk patah hati. Kalau kata pujangga di era milenial ini, “Jatuh cinta padamu adalah patah hati yang kusengaja.”

Patah hati itu gak enak. Apalagi patah hati sendirian. Mati-matian kita memikirkan dia, eh, gak taunya dia lagi  berbunga-bunga dengan gebetan baru. Hati pun menjadi remuk tak tersisa. Tapi, bayangnya selalu hadir menggoda. Fase ini sangatlah menyiksa.

Biasanya saat patah hati berbagai pikiran buruk datang silih berganti. Malah cenderung menyalahkan diri sendiri. Mengapa aku tak menarik? Apakah aku kurang mengerti dia? Apakah aku gak cukup layak untuk menemaninya? Apa aku seburuk itu?

Saya pun begitu. Saat patah hati saya menilai rendah diri saya. Bahwa saya perempuan tak layak dan tak baik.  Tak jarang saya terisak dan  bertanya-tanya, “Tuhan tak pantaskah aku bersanding dengannya.”

Selain menyalahkan diri sendiri, Tuhan adalah sasaran nomor dua. Menyalahkan Sang Pencipta, dengan menuduh Dia tak cukup adil pada hamba-Nya. Nasihat sejenis, “Ia tak cukup baik untukmu.” “Tuhan punya rencana yang lebih indah,” terdengar semacam bullshit. 

Hingga suatu waktu saya menemukan sebuah ilustrasi yang cukup menggambarkan isi hati saya. Pikiran gelap itu seakan diterangi cahaya.
Gambar sederhana tapi mampu menenangkan hati yang gundah gulana tak berkesudahan.

Saya dan dia ibarat saus dan es krim. Mau bagaimana pun, sekeras apapun berusaha, menyatukan es krim dan saus adalah kemustahilan. Tidak enak dan jatuhnya jadi aneh. Bayangkan saja kamu melelehkan saus di atas es krimmu. Saya tak berani menebak bagaimana rasanya.

Dari kisah cinta es krim dan saus di atas saya belajar saru hal. Tuhan selalu memiliki rencana baik untukmu. Jika kamu saus maka Tuhan akan menghadirkan kentang goreng untuk temanmu. Jika kamu adalah es krim Tuhan akan menghadirkan susu untuk melengkapimu. Bukankah terdengar serasi?

Patah hati hanya bagian dari pendewasaan diri. Sakit dari patah hati akan mengajarkan tentang apa itu hati-hati. Dan patah hati hanya waktu yang bisa mengobati.

Posting Komentar

0 Komentar