[Review] MARYAM, 2012; Memanusiakan Manusia

Maryam. Ini novel Okky Mandasari kedua yang saya baca setelah Entrok. Masih mengambil isu sosial, Maryam menceritakan tentang mereka yang terusir dari kampung sendiri karena keyakinan berbeda.
Judul: MARYAM
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman: 275

Cerita di awali kisah Maryam yang sedang pulang kampung di Lombok  setelah tak menjenguk orang tuanya selama 5 tahun. Kilas balik tentang hidupnya perlahan diceritakan. Tentang Maryam yang nekad meninggalkan iman dan keluarganya demi Alam, mantan suaminya. Mereka menikah tanpa restu ibu bapak Maryam.

Orang tua Maryam sudah mewanti-wanti agar putri mereka tak jatuh cinta apalagi menikah dengan ‘orang luar’ sejak Maryam remaja. Namun, cinta dan rasa kehilangan membuat Maryam menentang titah orang tuanya. Pertengkaran pun tak terelakkan. Maryam pergi dari rumah menyisakan kecewa di dada.

Awalnya saya mengira pertentangan orang tua Maryam disebabkan perbedaan suku. ‘Orang dalam’ dimaksud adalah nama suku di Lombok. Semakin dalam saya membaca, ternyata dugaan itu melesat jauh. Orang dalam yang dimaksud adalah orang Ahmadi. Ya, keluarga Maryam penganut ajaran Ahmadiyah.

Betapa saya salut atas keberanian Okky mengangkat tema tak biasa sekaligus sensitif ini. Mayoritas Indonesia pasti tahu apa itu Ahmadiyah. Sebuah aliran yang disebut-sebut sebagai ajaran sesat. Namun, bukan tentang agama yang ingin Okky sampaikan pada novel Maryam, melainkan tentang sisi kemanusiaan. 

Lima tahun berselang, Maryam pulang ke tanah kelahiran. Namun, ia tak menjumpai ayah, ibu dan adiknya di rumah mereka. Rumah tempat ia tumbuh telah menjadi semacam balai pertemuan. Maryam kian bingung. Ia bertanya pada warga sekitar, tapi saat disebutkan nama ayahnya, bapak Khiruddin, seketika raut wajah mereka berubah. Awalnya yang ramah menjadi tak bersahabat dan buru-buru pergi.

Maryam tak mengerti. Apa yang terjadi selama 5 tahun terakhir? Ke mama perginya ibu bapaknya?

Di masjid khusus tempat jamaah Ahmadiyah biasa menggelar pengajian akhirnya Maryam mengetahui semuanya. Bahwa keluarganya juga para penganut Ahmadiyah yang lain telah diusir dari kampung. Kerusuhan telah terjadi. Pilihannya antara meninggalkan Ahmadiyah atau rumah. Mereka yang bersikukuh akan dibakar tempat tinggalnya. 

Mau tak mau keluarga Maryam angkat kaki dari kampung. Bersama anggota Ahmadi lainnya mereka tinggal di sebuah masjid khusus untuk orang Ahmadi. Selama 3 tahun mereka hidup terlunta-lunta.

Cinta, Keluarga dan Keyakinan


Sejak kecil Maryam mulai menyadari ada yang berbeda dengan keyakinan yang dianut keluarganya dan umat Islam di kampungnya. Mereka memiliki masjid tersendiri yang hanya dipenuhi orang Ahmadi. Mereka juga kerap mengadakan pengajian antar sesama Ahmadi.

Setelah dewasa, Maryam mulai resah atas perbedaan keyakinannya. Dotambah ia jatuh cinta pada Alam. Demi cinta dan memenuhi persyaratan orang tua Alam, Maryam pun rela meninggalkan Ahmadiyah. Ia kembali bersyahadat dibimbing seorang ustad. Maryam telah bertobat.

Maryam pikir, cintanya pada Alam akan memberikan  kebahagiaan. Nyatanya tidak. Keluarga Alam tak sepenuhnya menerima Maryam. Mereka selalu memandang Maryam berbeda lantaran keyakinan masa lalu. Hingga 5 tahun pernikahan, Maryam tak tahan dan memilih kembali pada orang tuanya di Lombok.

Dalam novel ini, Okky tak menjelaskan apa itu Ahmadiyah dan bagaimana ajarannya serta apa penyebab dicap aliran sesat. Okky mengangkat sisi kemanusiaan, bagaimana sulitnya hidup sebagai minoritas di tengah-tengah lingkungan mayoritas. Bagaimana perlakuan diskriminasi itu jelas di depan mata tapi pemerintah bungkam dan  tak bisa berbuat apa-apa.

Okky tak menyimpulkan benar atau salah ajaran Ahmadiyah. Novel Maryam bukanlah mendukung ajaran Ahmadiyah. Selaku penulis, Okky mengajak kita untuk melihat  sisi lain dari kaum Ahmadiyah yang tak banyak dipublikasikan. Bagaimana mereka menjadi korban ketidakadilan. Bagaimana hak-ham mereka dirampas begitu saja. 

Novel Maryam mengajarkan kita bagaimana seharusnya memanusiakan manusia, terlepas apa keyakinannya.


Posting Komentar

0 Komentar