“Ketika ekspresi rindu adalah doa, tak cinta yang tak mulia.”
Saya suka sekali dengan quotes di atas. Semakin dalam membaca novel Tuhan Maha Romantis, banyak dijumpai quotes juga puisi yang meluluhkan hati. Saya tak meragukan, Kak Azhar Nurun Ala memang piawai memilih diksi hingga melahirkan kalimat-kalimat indah dan bermakna.
Tuhan Maha Romatis. Ya, novel ini berkisah tentang cinta. Barangkali novel ini adalah novel romance Islami kesekian yang saya baca. Tentang Rijal, mahasiswa baru Universitas Indonesia yang jatuh hati pada kakak kelasnya, Laras. Gadis berparas manis, cerdas, berpikiran matang dan jago membaca dan membuat puisi.
Pertemuan-pertemuan kecil dengan Laras lantas membuat hati Rijal kian tertawan. Hal yang lumrah terjadi karena perkara hati, kita tdak bisa merencanakannya akan jatuh pada siapa.
Nikah Muda atau Kuliah?
“Tidak ada solusi bagi dua orang yang saling mencintai kecuali menikah.” Begitu bunyi salah satu hadits. Menikah? Itu terlau cepat! Bahkan Rijal masih berumur tujuh belas tahun dan masih bergantung pada orang tua. Di satu sisi Rijal takut, jika menunggu siap, Laras telah dimiliki orang. Rijal menjadi dilema.
Di bagian inilah saya sangat kagum pada penulis. Berbeda dengan slogan “Nikah muda untuk menghindari zina”, penulis justru memberikan pemahaman bahwa menikah tak cukup hanya bermodalkan cinta. Rezeki bisa dicari, yang penting halal dulu. No!
Dengan rinci Kak Azhar menulis beberapa hal yang harus dilakukan jika kamu berada di posisi Rijal, selain berpuasa tentunya.
1. Mengurangi interaksi. Rijal sengaja membatalkan mendaftar di komunitas puisi yang didirikan oleh Laras. Karena semakin sering berjumpa, semakin berat pula untuk melepas. Intensitas perjumpaan yang berkurang membuat Rijal lebih mamapu menata hatinya.
2. Memperbanyak kegiatan. Dengan demikian pikiran Rijal tak melulu dipenuhi bayang Laras.
3. Rijal mulai mempersiapkan finansial, satu hal yang benar-benar penting dalam pernikahan. Ia mengajar les privat, menulis di blog hingga menerbitkan buku.
Dari novel ini kita bisa belajar bersama bagaimana berproses menuju dewasa dengan mengelola hati yang mulai ditumbuhi benih-benih cinta. Rijal senantiasa memperbaiki dan mendekatkan diri pada-Nya, sang pemberi cinta.
Namun, ketika usaha Rijal telah berbuah pundi-pundi rupiah, ketika Rijal mantap ingin melamar Laras, lagi-lagi kendali ada pada Tuhan. Tiba-tiba saja Laras menghilang tanpa kabar.
“Sejak itulah kisah tentang perpisahan penuh tanda tanya dan penantian tanpa kepastian itu bermula. Sejak itulah keterpisahan itu mendera.”
Lima tahun berselang. Takdir kembali mempertemukan Rijal dan Laras di sebuah kedai kopi. Namun, dalam status berbeda. Di jari Rijal telah tersemat sebuah cincin. Cincin pertunagan dengan seorang gadis bernama Aira.
“Bagaimana rasanya dipertemukan, jatuh cinta dan dipisahkan bertahun-tahun tanpa ada kejelasan apa-apa, lalu dipertemukan kembali dalam ruang ketakberdayaan? Di ruang itu kita bisa saling menyapa, tapi kita masing-masing terpaksa menjadi orang lain.”
Hati saya ikut berdenyut perih ketika membaca pertemuan Rijal dan Laras lima tahun kemudian. Saya tidak bisa membayangkan seandainya berada di posisi Rijal. Doa-doa tentang bertemu wanita yang paling ia inginkan terkabul saat H-7 ia akan menikah dengan gadis lain.
Di tengah kebimbangan itu, Rijal mengingat pesan almarhum sang ayah yang juga bisa menjadi pencerah pembaca bila berada di situasi yang sama.
“Tak akan menyesal orang yang istikharah, tak kan rugi dia yang bermusyawarah.”
Melalui istikharah, Allah memilihkan pilihan terbaik untuk hamba yang datang pada-Nya. Dan memang, tak ada doa yang sia-sia. Tuhan Maha Romantis.
Secara keseluruhan, novel ini menawan. Dimuat dengan nilai-nilai Islami yang penuh pembelajaran dan hikmah. Meski editing tanda baca, huruf kapital banyak yang keliru. Namun, kekurangan itu tertutupi dengan puisi indah. Review novel Tuhan Maha Romantis saya tutup dengan sebuah puisi terfavorit yang bikin hati saya ambyar.
TERTAWAN
Ada yang beku: bibir
Ada yang tertahan: napas
Ada yang berdegup kencang : jantung
Ada yang berdesir deras: darah
Ada yang tertawan: hati
Ada yang berhenti berputar: bumi
Ada yang berhembus pelan: angin
Ada yang hening berbisik: rerumputan
Ada yang jatuh cinta padamu: aku
Terima kasih sudah membaca.
0 Komentar