Ditawari Menikah Muda

 

 

 www.pinterest.com

Topik ini saya angkat berdasarkan keresahan saya mendapati banyak kampanye nikah  muda di berbagai sosial media. Misalnya sebuah forum kajian pra nikah via whatsapp yang tak sengaja saya ikuti. Betapa kagetnya saya, saat mendapati mayoritas member adalah akhwat berumur lima belas sampai sembilan belas tahun. Memang, mengikuti kajian tersebut belum tentu akan segera menikah, tapi bukankah terlalu dini? Bukankah di umur segitu harusnya mereka memikirkan pelajaran, bukan pernikahan? Kampanye atau kajian seperti ini membuat nikah muda seakan menjadi solusi bagi kaula muda yang lagi dimabuk asmara. Daripada zina mending nikah saja! Sebuah solusi yang selalu ditawarkan agar biasa leluasa mencinta tanpa berdosa. Yang membuat miris, acapkali gerakan nikah muda ini digaungkan oleh para ukhti dan akhi yang katanya telah hijrah. Benarkah nikah muda seindah itu?

Usia Menikah

Dikatakan nikah muda karena pelaku pernikahan ini masih terbilang remaja, umumnya usia belasan sampai dua puluh tahun. Padahal, menurut BKKBN ideal usia menikah untuk perempaun adalah 21 tahun dan 25 untuk laki-laki. Tentu peraturan ini tidak sembarangan dibuat. Menurut ilmu kesehatan umur yang ideal matang secara psikologgis dan bilogis adalah 20 sampai 25 bagi wanita dan 25 samapi 30 untuk pria. Sedangkan menurut amandemen Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mulai 2019 usia perempuan menikah adalah 19 tahun setara dengan usia pria. 

Memang, dewasa tidak memandang usia. Terkadang yang muda lebih dewasa dari yang tua umurnya. Namun, kembali lagi, sudahkah kamu yakin bahwa calonmu telah dewasa secara pemikiran?

Pada tahun 2018, menurut laporan Badan Pusat Statistik yang berkerja sama dengan UNICEF dan Bappenas serta dukungan Pusat KAjian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA) Indonesia adalah negara dengan angka perkawinan anak tertinggi kedelapan di dunia. Satu dari sembilan perempuan menikah di bawah 18 tahun.

Informasi selengkapnya kalian bisa kalian lihat di sini.

Nafkah dan Perceraian

Masalah ekonomi menjadi faktor kedua terbesar dalam kasus perceraian setelah perselisihan. Ibarat oli sebagai pelumas kendaraan agar bisa berjalan, uang adalah bahan bakari rumah tangga agar tak berhenti berputar. Cinta memang buta, tapi merawat rumah tangga butuh dana. Oleh sebab itu selain kematangan emosional, perihal keuangan sangatlah diperhitungkan. Tentu kita tak mau menyumbang satu angka pada statistik perceraian, bukan? Mari kita lihat data di bawah ini.

Sanggup menikah berarti harus sanggup menafkahi. Sudahkah calonmu matang secara finansial? Ya, benar sekali menikah dapat membuka pintu rezeki, tapi jangan lupa pintu itu tak akan terbuka jika kamu tak mengetuknya. Dengan tingkat pendidikan yang rendah perkejaan pun akan susah didapatkan.  


Menikah muda sejatinya mengingkari hakmu sebagai seorang anak untuk memperoleh pendidikan, bermain dan mencapai potensi diri.  Karena ketika menikah, baik perempuan maupun laki-laki, kamu harus mengambil tanggung jawab orang dewasa yang mungkin sebetulnya kamu belum siap untuk memikulnya.

Menikah memang sebuah niat mulia. Namun, jangan lupa ada  jika tak diimbangi dengan kesiapapan yang maksimal apakah niat ini tetap menjadikan pelakunya bahagia? Bukan berarti saya pro zina atau lebih baik pacaran, sama sekali tidak. Saya juga tim pendukung no pacaran. Yang sangat saya sayangkan, gerakan-gerakan anti pacaran atau komunitas hijrah ini mengagungkan nikah muda. Padahal, menghindari zina tak hanya melalui menikah. Puasa, belajar dengan giat, memperbanyak kegiatan sosial atau mengkatkan skill diri, misalnya. Kampanye nikah muda ini seakan membuat kita, sebagai manusia berakal tak bisa mengontrol syahwat sendiri.

Jika ditanya milih nikah muda atau zina? Saya akan memilih tidak jatuh cinta. Karena kita adalah orang yang bertanggung jawab pada hati yang berbunga-bunga sebab cinta. Pada akhirnya, semua pilihan ada di tangan kita.

 

 

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Mantap, data yang disajikan lengkap.

    Sepakat kalau membenarkan sesuatu yang keliru mengatasnamakan agama itu juga salah.

    BalasHapus
  2. Memilih tdk jatuh cinta hehe menjaga hati jika memang belum siap

    BalasHapus