Timing


Pernah gak sih kalian dibanding-bandingkan dengan orang lain? Baik itu soal pencapaian, prestasi, karir atau masalah klasik tentang jodoh. Seakan kita adalah orang gagal yang gak punya daya. Atau sebaliknya, kita adalah orang yang sering membandingkan.

Si anu saja sudah mendapat kerjaan di perusahaan bonafid, lah, kamu, masih sibuk bikin lamaran kerja. 

Si dia sudah memiliki anak dua sedangkan kamu gebetan aja gak punya. 

Saya seumuran kamu sudah kelar skripsi, sudah bisa beli rumah sendiri, sudah punya mobil pribadi.  Dan seterusnya.

Apa yang kamu lakukan saat dibanding-bandingkan seperti contoh di atas? Hm ... sesak pasti rasanya. Dan merasa insecure. Merasa bahwa diri kita adalah manusia yang gak berguna.

Mirisnya acapkali komentar-komentar perbandingan ini dilontarkan oleh orang terdekat kita, gak jauh-jauh dari orangtua, kakak/adik dan sanak saudara. Terdengar seperti candaan memang, tapi kalimat itu bernar-benar berduri.

Padahal, timing kehidupan setiap orang itu berbeda-beda, gak bisa dipukulsamaratakan. Buah jambu ini contohnya.

Meski tumbuh dan berkembang di ranting yang sama, lantas tak membuat kedua buah jambu itu harus matang bersamaan. Salah satunya menguning dan satunya hijau. Bahkan buah saja memiliki waktu yang berbeda, apalagi manusia.

Semua punya timing takdir masing-masing. Pun begitu dengan kehidupan saya, kamu dan kita semua. Setiap orang memiliki garis hidup, kelokan dan tanjakan sendiri-sendiri. 
Ada orang yang diusia 20 tahun ia sudah memiliki gelar sarjana. 

Ada orang yang di usia 27 tahun baru mendapatkan kerja.

Ada orang yang di umur 35 tahun baru bertemu jodohnya.

Lalu, mengapa kita merisaukan jalan hidup orang lain?

Untuk kamu yang sering dibanding-bandingkan, pertebal saja telinga dan tanamkan dalam hati bahwa semua akan sukses dengan cara dan waktu yang berbeda. Harga dirimu tidak bergantung pada omongan orang lain.



Posting Komentar

0 Komentar