Aku kesepian. Kini aku tak pernah lagi kau pedulikan. Tubuhku kian kusam dan tak terawat lagi. Terkulai lemah di sudut ruangan. Tak sekalipun kau melirikku. Lihatlah, semut-semut nakal ini mulai menyerangku.
Aku tahu kau telah punya pengganti yang lebih bisa menyenangkan hatimu. Sebagian besar waktumu kau habiskan bersamanya. Bahkan kau hampir lupa mana pagi mana petang. Kau selalu terfokus padanya. Itu membuatku iri! Izinkan aku mengenang waktu panjang yang telah kita lalui.
Tak kusangka jika ia mampu mengambil seluruh perhatianmu secepat itu. Kupikir aku adalah satu-satunya temanmu.Keberadaanya tak mungkin menyingkirkanku. Tapi aku salah. Kau lebih suka bercanda dengannya. Menatap lama-lama sambil memamerkan senyum penuh kegembiraan. Aku tahu, ia telah memberi sejuta warna baru dalam hidupmu. Sesuatu yang munngkin tak bisa kuberi. Dan waktu telah membuktikan akulah yang terbuang.
Kau berubah. Semua perhatianmu tercurah padanya. Tiada hari tanpanya. Karena dia, kau tak pernah lagi mengingatku untuk melewati malam-malam panjang. Kau malah asyik menyentuhnya hingga ketiduran. Sihir apa yang dihembuskannya ke dalam sukmamu?
Belakangan ini bibirmu sering tersenyum lebar. Matamu berpijar. Belum pernah aku melihatmu sebahagia ini. Foto seorang wanita berparas manis dalam benda pipih itu merebut fokusmu. Apakah ia kekasih barumu? Apakah kau sedang jatuh cinta?
Kau memang tak sepenuhnya berpaling. Kau masih mengingatku, hanya saja kau selalu terburu-buru. Seperti sekarang ini, begitu benda pipih itu berdenting, pikiranmu sudah terbagi. Kau tak sempat menadahkan tangan. Kau langsung menyambarnya lalu memeriksa sesuatu di sana. Sedangkan aku, di sini masih tergeletak kedinginan sepanjang malam. Adakalanya kau hanya melemparkanku ke sudut ruangan. Hingga semut-semut nakal itu kembali mengerubungiku.
Semakin ke sini, kau tak pernah lagi menyentuhku. Semut-semut nakal di tubuhku telah beranak pinak. Kau semakin lengket dan tak terpisahkan dengan benda pipih itu. Tak adakah sedikit waktumu untuk bersamaku?
Aku rindu pada waktu-waktu kita berjalan bersama ke surau kecil di ujung jalan untuk menunaikan lima waktu. Kau meletakkanku di pundak lalu kita melangkah bersama. Sepulang dari surau, kau melipat lalu menggantungku di tempat yang rapi.
Kini, kau juga tengah melipatku dengan rapi. Kemudian menjejalkanku ke dalam sempitnya lemari di laci paling bawah. Berdesakan dengan baju-baju lamamu. Lalu kau menutup pintu. Meninggalkanku dalam sepi.
0 Komentar