Pernah gak sih kamu merasa terlambat mengetahui atau mengerjakan sesuatu? Kita merasa sudah terlalu tua untuk kembali melakukannya. Misalnya terlambat untuk melanjutkan kuliah, terlambat belajar bahasa Inggris, terlambat belajar design, terlambat belajar musik atau terlambat membuat sebuah blog.
Kita melihat orang sudah tinggi jam terbangnya. Sudah ahli di bidang yang dulu pernah kita impikan. Sedangkan kita jauh tertinggal di belakang. Lalu, diri kita berbicara, “Kenapa baru sekarang? Ke mana aja selama ini?” Otak dan otot-otot motorik kita seakan berkerja sama mengatakan jika kita sudah terlambat untuÄ· memulainya.
Kesempatan yang semakin kecil, usia yang mulai menua membuat kita benar-benar berpikir tak akan ada gunanya untuk memulai. Sudah terlambat. Semua telah usai dimakan waktu. Yang tertinggal hanya penyesalan dan andai-andai. Andai aku dulu begini, andai aku dulu gitu, andai dulu aku gak ragu-ragu, dan seribu andai-andai lain. Semakin kita memikirkannya semakin erat pula ia menghimpit dada kita.
Saya pun merasa demikian. Saya banyak menyesali waktu-waktu yang terbuang percuma di masa muda. Tuntutan hidup membuat saya kembali mengingat masa muda. Mengapa saya gak ikut organisasi ini waktu kuliah dulu? Mengapa saya gak belajar menulis dari dulu? Mengapa saya banyakan main sana sini? Mengapa, mengapa, mengapa!
Benar sekali slogan, “Apa yang kamu lakukan sekarang adalah gambaran dirimu di masa depan”. Dengan riwayat masa muda yang hanya diisi ritual happy-happy tak berfaedah membuat saya kehilangan banyak hal. Dan itu membuat saya pesimis. Namun, jika ingin memulai dari awal saya merasa sudah sangat terlambat. Akhirnya, saya hanya bisa mengutuk diri dan menyesal. Membenci diri sendiri.
Hingga suatu hari saya menemukan ilustrasi yang mengubah cara pandang saya.
Ya, kita, selalu berpikir sudah terlambat untuk melakukan sesuatu. Padahal, selama nafas masih berhembus, jantung masih berdetak, kesempatan itu masih terbuka. Kata terlambat hanya berlaku untuk orang-orang yang sudah tak bernyawa.
Mulai dari sana pelan-pelan saya membenahi diri. Saya percaya setiap orang punya timing yang berbeda, hanya saja jangan letih untuk mencoba. Kamu juga, ya!
0 Komentar