Budaya Belajar di Pesantren

Belajar di pesantren itu beratnya dua lipat daripada sekolah umum. Selain pusing dengan pelajaran matematika, fisika dan kimia, kamu juga harus bisa mentashrifkan atau mengi'rabkan sebuah kalimat dalam bahasa Arab. 

Jadwal Belajar

Jam pelajaran umum campur dengan pelajaran pondok. Jadi, misal jam pertama pelajaran bahasa Indonesia, bisa saja jam kedua adalah pelajaran nahwu atau shorf.  Jadwal belajar ini dari pagi sampai sore sebelum Ashar, dipotong makan siang dan sholat Dhuhur. Namun, jika di pondok yang santrinya campur antara anak sekolah dan kuliah, maka jadwal kegiatan belajar mengajar pondok diadakan saat malam hari.

Bahasa pelajaran

Pelajaran pesantren itu full pakai bahasa Arab kecuali pelajaran umum. Gak kebayang kalau belajar matematika pakai bahasa Arab. Bisa pusing tujuh tanjakan, tuh. Nah, untuk pelajaran pesantren sperti fiqh, hadits, nahwu, ustad-ustazah menjelaskan dengan bahasa Arab. Kalau gak ngerti? Ya bertanya. Kalau belum paham juga? Tanya sama teman yang pintar. Biasanya guru-gurunya kalau menjelaskan akan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti kok.

Quality Time ala Pesantren

Di sebagian pesantren modern ada yang namanya muajjah atau belajar malam. Sehabis Isya seluruh santri-santriwati wajib ke kelas masing-masing untuk belajar bersama wali kelas. Materinya bebas, mau tanya apa saja boleh. Mudahnya, muajjah kayak quality time bareng wali kelas. Muajjah biasa digunakan untuk setoran juz amma.


Ujian Semester

Pas masa-masa ujian, jangan heran saat melihat santri dan santri wati membawa buku ke mana-mana. Ke kantin, dapur, kelas, bahkan ke saat antre di wc. Pesantren gak kenal yang namanya cuci nilai. Berapa yang didapat pas ujian itu yang akan tertulis dalam rapor. Nilai matematika 2? Ya ditulis 2 😂😂 Makanya pas ujian santri/wati belajar lebih keras dan giat lagi. Mereka akan belajar bareng-bareng sampai larut malam.

Ujian semester dalam pesantren itu dibagi jadi dua tahap, ujian lisan dan tulisan. Ujian lisan kayak interview, kamu ditanyai oleh 3 ustad/ustazah seputar materi pelajaran. Kalau gak bisa jawab? Di suruh keluar buat belajar lagi. Tapi itu sebuah hal yang memalukan.

Tahap kedua ujian tulisan, masih sama kayak sekolah umum. Duduk di kelas lalu menjawab di kertas yang disediakan. Enaknya, kerena yang bikin soal adalah guru kita sendiri semua soal yang keluar adalah materi yang sudah dipelajari. Jadi gak ada tuh pertanyaan yang belum diajarkan guru.  

Kurikulum Pesantren

Sebagian pondok kurikulumnya 50:50. Umum dan agamanya seimbang. Tapiii, sejujurnya kalau menurutku pribadi lebih condong ke pesantrennya. Materi umum tetap diajarkan sebagaimana mestinya, tapi di sisi lain para santri juga diberatkan sama pelajaran pondok yang pakai bahasa Arab. 

Beberapa pelajaran mengandalkan hafalan, misal muthalaah, mahfuzat, shorf, balaghah dan itu bahasa Arab semua. Kebayang betapa pusingnya. Apalagi kalau gak paham materi, biasanya sih, termasuk saya menyisiatinya dengan hafal mati. Iya, paham gak paham, ngerti gak ngerti pokoknya hafal aja terus. Biasanya kebiasaan hafal mati ini dilakukan saat mendekati ujian, kwkwk.

Penjurusan

Jangan salah, di pesantren juga ada penjurusan, loh. Sewaktu kenaikan kelas 5 setara kelas 2 SMA pesantren mengadakan semacam tes untuk pilihan jurusan. Pilihannya cuma dua, IPA atau IPS. Gak jurusan bahasa. Kalau kamu suka hitung menghitung masuknlah ke jurusan IPA. Kalau kamu suka tentang sosial masuklah ke IPS. Dari kedua jurusan tersebut pelajaran pondoknya tetap sama. 


Point-point di atas aku tulis berdasarkan yg kualami pas mondok. Jadi, bisa sama atau beda dengan pengalaman kamu/temanmu, karna setiap pondok itu peraturan dan disiplinnya juga beda-beda.

Mondok itu emang berat dan cenderung membosankan, tapi nanti seletelah lulus baru kita paham kenangan manisnya. 

Bagaimana pengalamanmu saat nyantri?

Posting Komentar

0 Komentar